Menjadi Pahlawan Ekonomi di Masa Pandemi

Bila dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi dari kata “Pahlawan” adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Di masa pandemi saat ini, tentu kita butuh ribuan bahkan jutaan orang untuk menjadi Pahlawan, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi. Namun saya hanya membahasnya dari sisi ekonomi saja. Lalu, siapa yang kita harapkan untuk Menjadi Pahlawan Ekonomi Disaat Pandemi?

Sebelum menjawab pertanyaan “berat” diatas saya mau ceritakan terlebih dahulu pengalaman saya. Disaat pandemi Covid-19 mulai masif terjadi di Indonesia kira-kira di minggu kedua bulan maret, situasi dan kondisi ekonomi saat itu mulai tak menentu. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) sempat jeblok ke level terendah sejak 2016, pasar modal mulai gak karuan dan imbasnya investasi saya di reksadana nilainya menjadi minus. Saat itu, saya mulai menduga-duga kalau sistem stabilitas keuangan nasional kita dalam kondisi yang tidak baik.

Dugaan “dangkal” saya semakin kuat dikala beredar informasi di grup WA yang saya juga tidak tahu pasti itu bersumber dari mana. Saya coba jabarkan informasinya. Informasi pertama yang beredar yakni kalau kita harus menarik atau menyimpan uang tunai dalam jumlah yang banyak (Rush Money) alasannya karena Bank tidak beroperasi selama pandemi sehinggga uang dimesin-mesin ATM tidak tersedia. Informasi yang kedua kita harus membeli bahan pokok (makanan, minuman dan obat-obatan) dalam jumlah yang sangat banyak karena kota-kota besar Indonesia akan di lockdown.

Kedua informasi diatas secara psikologis mempengaruhi pikiran saya, namun saya mencoba membaca secara serius portal berita Kompas. Saya mulai amati pemberitaan dibidang ekonominya, ternyata tidak sesuai dengan informasi yang beredar di grup WA tadi. Maka saya simpulkan informasi di grup WA tersebut adalah berita ‘HOAX”. Akhirnya saya mulai kembali untuk berpikir rasional dan mengikuti perkembangan pemberitaan dari portal berita Kompas dan juga mengikuti perkembangan informasi ekonomi dari laman situs Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

 

Katakan Tidak Pada Rush Money

Meskipun situasi dan kondisi ekonomi disaat pandemi sekarang penuh dengan ketidakpastian, namun saya rasa kita tidak perlu untuk menarik uang tunai dalam jumlah yang banyak. Perlu diketahui bahwa dampak dari rush money bagi ekonomi adalah akan terganggunya likuditas perbankan dan tidak menutup kemungkinan hal ini bisa memicu terjadinya resesi.

Di masa pandemi saat ini justru lebih aman dan nyaman bertransaksi secara digital (cashless) dan membuat kita terhindar dari Covid-19 yang amat berbahaya itu. Menurut Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), kondisi ekonomi Indonesia masih terkendali, namun tim KSSK tetap mewaspadai dan mengantisipasi terjadinya segala kemungkinan. Jadi, tariklah uang tunai dari rekening secukupnya sesuai kebutuhan dan upayakan bertransaksi secara cashless.

 

Hindari Panic Buying dan Panic Selling

Kepanikan wajar terjadi ditengah pandemi saat ini. Namun kita harus tetap berpikir rasional sebelum membuat keputusan. Sempat terjadi dimasyarakat membeli dengan memborong bahan-bahan makanan dalam jumlah banyak (panic buying), bahkan petugas supermarket sampai kewalahan melayaninya. Ternyata masyarakat memborong bahan makanan karena timbul kekhawatiran jika stok makanan tidak cukup karena isu lockdown yang tidak jelas sumbernya.

Panic Buying seperti ini justru memperparah kondisi ekonomi nasional, dampaknya akan terjadi kelangkaan barang dan kenaikan harga barang karena tingginya permintaan. Tidak hanya berdampak kepada ekonomi nasional saja, namun juga berdampak terhadap ekonomi keluarga/rumah tangga, karena alokasi penggunaan uang sepenuhnya ditujukan untuk membeli bahan makanan, padahal suatu keluarga/rumah tangga perlu berhemat dan memperbesar anggaran dana darurat ditengah ketidakpastian saat ini.

Panic Buying bisa memicu terjadinya Panic Selling, karena uang tidak cukup untuk memborong bahan makanan, maka mulai menjual aset-aset yang dimiliki demi membeli bahan makanan dalam jumlah yang sangat banyak. Padahal Pemerintah sudah sangat jelas mengatakan bahwa stok makanan nasional sangat cukup dan tidak ada pembatasan produksi dan distribusi bagi industri yang bergerak di bidang pangan.

 

Konsisten Menabung dan Berinvestasi

Dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian ini sebaiknya konsisten untuk tetap menabung karena sangat bermanfaat dalam meningkatkan anggaran dana darurat kita. Selain itu manfaatkan berinvestasi di sektor keuangan, seperti membeli produk saham, reksadana, obligasi dsb. Meskipun pasar sedang lesu saat ini, namun inilah kesempatan kita membeli produk investasi karena harganya saat ini relatif lebih murah. Analoginya sederhannya begini, beli disaat harga murah (ekonomi kurang baik) dan jual disaat harga mahal (ekonomi baik), maka dikemudian hari kita akan memperoleh marjin keuntungan.

Disaat investasi reksadana saya kinerjanya sedang jeblok alias minus saat ini, saya memilih untuk tidak melepasnya atau menjualnya, bahkan saya memilih untuk stay invested secara konsisten.

 

Kesimpulan

Di masa pandemi Covid-19 saat ini perilaku cerdas masyarakat kita sangat menentukan kondisi ekonomi negara kita. Menurut saya berperilaku cerdas dari sisi ekonomi disaat pandemi dapat kita jalankan dengan tidak melakukan tindakan rush money, tidak panic buying dan selling serta konsisten menabung dan berinvestasi diproduk keuangan dalam negeri. Apabila hal ini dijalankan secara serius dan konsisten oleh masyarakat kita, saya yakin stabilitas sistem keuangan akan aman terkendali dan makroprudensial aman terjaga.

Pahlawan Ekonomi bukan hanya Pemerintah, Bankir, Pengusaha atau segelintir orang saja, melainkan masyarakat yang berperilaku cerdas ditengah pandemi juga merupakan Pahlawan Ekonomi. Jadi kita wajib berharap dan berjiwa besar kalau diri sendirilah yang harus menjadi Pahlawan Ekonomi.

Menjadi Pahlawan Ekonomi di Masa Pandemi tidak hanya turut serta membantu kestabilan ekonomi nasional, namun ekonomi individu dan keluarga juga pasti sangat terbantu. Semoga.

 

Penulis: Demson Natanael Sihaloho, Credit Risk Manager, Argapro.id (Fintech P2P Lending)

Comments are closed.