Semangat Berbagi di Masa Pandemi

Saat ini kita sedang dihadapkan pada sebuah perjuangan yang secara masif dilakukan hampir seluruh warga di dunia yaitu melawan virus mematikan Covid-19.

Setiap negara memiliki kebijakannya masing-masing, demikian pula di Indonesia.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan Bekerja dari Rumah dan Sekolah dari Rumah untuk pencegahan penyebaran virus Covid-19, berlanjut dengan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah di tanah air untuk percepatan penanganan Covid-19.

Perlahan namun pasti kebijakan-kebijakan ini berdampak pada sektor ekonomi khususnya bagi masyarakat prasejahtera di Indonesia.

Sejumlah upaya dilakukan pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan memenuhi kebutuhan pangan mereka. Berbagai kebijakan diluncurkan di antaranya percepatan penyaluran bansos Program Keluarga Harapan (PKH) dari tiga bulan sekali menjadi setiap bulan dan menambah jumlah penerima PKH dari 9,2 juta keluarga menjadi 10 juta keluarga. Menambah jumlah penerima bansos Program Sembako dari 15,2 juta keluarga menjadi 20 juta keluarga, serta menambah anggaran bansos dari Rp150 ribu menjadi Rp200 ribu.

Pemerintah juga mempercepat realisasi Program Indonesia Pintar/Kartu Indonesia Pintar (PIP/KIP), Kuliah/Bidikmisi Kemendikbud, Program Kartu Prakerja, juga memfokuskan kembali anggaran Kegiatan Padat Karya Tunai di beberapa kementerian.

Hampir setiap hari Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan pers, demikian pula para menteri. Perkembangan terbaru tentang upaya pemerintah terus disampaikan secara reguler sehingga publik tetap tenang dan terinformasikan dengan baik.

Sementara itu, gerakan publik menggalang donasi untuk masyarakat terdampak Covid-19 bermunculan di seluruh pelosok negeri. Semua orang bergerak dan bertindak. Semua ingin berbagi dan ingin saling meringankan.

Dari kalangan artis ada Arman Maulana, Maia Estianty, Zaskia dan Shireen Sungkar, Yuni Shara, Ivan Gunawan, dll yang menggalang dana dengan berbagai cara. Ada yang melelang barang koleksi pribadi, membuat masker untuk tenaga medis, hingga konser amal.

Donasi dan kepedulian juga datang dari Perhimpunan Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (Himpuni) bergotong royong membantu petugas medis dan masyarakat dengan memberikan masker dan hand sanitizer ke sejumlah rumah sakit, puskesmas, terminal, halte busway, dan tempat-tempat umum lainnya.

Ada pula gerakan anak-anak muda yang tergabung dalam Paguyuban Mojang Jajaka Kabupaten Bogor melalui gerakan #MokaPeduliDampakCorona. Mereka menggalang donasi, menyalurkannya dengan membeli dagangan pedagang makanan, buah-buahan, dan sembako yang tidak terhubung dengan metode pembelian online. Hasil pembelian itu mereka bagikan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Kepedulian juga mengalir dari jamaah masjid dan gereja, anak-anak sekolah dan para guru, warga komplek perumahan, anggota komunitas hobi, anggota parpol, hingga ke lingkup yang paling mikro yakni gerakan para ibu rumah tangga.

Di tempat saya tinggal, Apartemen Kalibata City (Kalcit), sejumlah ibu-ibu kreatif bergerak mengumpulkan donasi dan menyalurkan bantuan dengan cara masing-masing. Komplek yang terdiri dari 18 tower atau menara ini sungguh padat penduduk dan bisa menjadi sumber penggalangan donasi untuk warga sekitar apartemen yang terdampak Covid-19.

Ada pedagang kaki lima yang sepi pembeli, pedagang asongan yang jualannya tak laku, dan ojek online menumpuk menanti orderan. Kemudian terpikir bagaimana nasib para pekerja harian ini. Jika warung sepi pembeli kemudian terpaksa harus tutup, lalu ada berapa karyawan yang kehilangan pekerjaan. Jika pedagang asongan tak mampu kumpulkan uang, bagaimana anak-anak mereka bisa makan. Bila abang ojek online sepi penumpang, bagaimana ia bisa mendapat uang.

Ada bermacam cara ibu-ibu dalam menggalang dan menyalurkan donasi. Di Kedai Masakan Padang Makciak milik salah salah satu warga, dalam sehari membuat hingga 600 boks nasi untuk dibagikan ke pengojek online, sopir taksi, pemulung, dengan wilayah penyebaran di Kalibata, Pengadegan, Cawang, hingga Tebet.

Ibu yang lain mencoba berempati dengan cara yang berbeda. Pemilik Warung Padang di Tower Lotus menyiapkan 100-150 bungkus nasi padang per hari untuk pengojek online yang ada di sekitar apartemen. Nasi ayam dan lauk dijual Rp2.000,00 kepada pengojek online dari harga yang sebenarnya Rp13.000,00. Seluruh uang penjualan diputar kembali untuk membeli bahan-bahan makanan. Begitu seterusnya setiap hari.

Ada juga Gerakan Sedekah Sembako yang digagas ibu-ibu lintas profesi. Bermodalkan e-poster sederhana yang dibuat salah satu relawan, mereka bergerilya menyebarkan ajakan menanam kebaikan ini ke grup WA di setiap tower.

Antusias warga sungguh luar biasa. Kurang dari satu bulan, bantuan yang masuk ke rekening donasi mencapai Rp20 juta. Bantuan diberikan dalam bentuk paket sembako senilai Rp100 ribu. Penyaluran sembako diprioritaskan kepada mereka yang sehari kerja sehari makan dan diberikan dalam beberapa kali.

Selama penyiapan penyaluran sembako, hampir seluruh komunikasi dilakukan secara virtual mengikuti arahan pemerintah untuk selalu menjaga jarak sosial (sosial distancing).

Penyaluran juga dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan. Paket sembako diantar oleh relawan ke rumah warga agar mereka tak perlu bepergian mengambil sembako.

Banyak cerita mengalir dari mereka. Ada Mas Bagus pegawai toko di Pasar Tebet yang kena PHK karena took kelontong tempatnya bekerja sepi pembeli. Istrinya sedang hamil 4 bulan. Saat relawan datang mengantar bantuan, ia bercerita tiga hari setelah berhenti kerja, ia tidak punya beras untuk makan.

Ada juga ibu Wani yang mengidap kanker payudara dan tidak bisa bekerja. Sehari-hari suaminya mencari nafkah sebagai kuli bangunan namun menganggur sejak wabah Covid-19 karena banyak orang menghentikan pembangunan dan renovasi gedung.

Begitu banyak warga bangsa ini yang peduli, berempati, dan bergotong-royong. Semangat dan gerakan yang menular begitu cepat, lebih cepat dari penyebaran virus Covid-19 itu sendiri.

Kita semua dengan penuh kesadaran diri berbuat untuk orang lain. Bukan hanya untuk mereka yang membutuhkan, tapi juga diri sendiri. Kita memberi karena kita sayang pada diri sendiri.

Sesekali cobalah bercermin sesaat setelah berbagi. Ada seulas senyum di sana, ada hati yang lega, batin yang tenteram dan bahagia.

Kalibata, 18 April 2020.

 

Penulis: Desy Saputra, Communication Specialist untuk Program ADB-BISA

Comments are closed.